MUKI | Majelis Umat Kristen Indonesia
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak
No Result
View All Result
MUKI | Majelis Umat Kristen Indonesia
No Result
View All Result
Home Sketsa

Aku, Kau, Mereka dan PILPRES

by Editorial MUKI
January 2, 2021
in Sketsa
0
Share on FacebookShare on Twitter

Tinggal hitungan hari saja kita akan bersama-sama, aku, kau dan mereka menggunakan hak pilih yang hanya ada sekali dalam lima tahun. Kita memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon terbaik yang dimiliki bangsa ini. Walau pada tanggal itu (17 April 2019) bukan hanya itu saja, tetapi masih ada empat orang lagi yang kita pilih untuk melayani kita lima tahun ke depan. Mereka itu kita sebut wakil-wakil kita, ada senator dan ada legislator dan tentu saja kali ini kita tidak memilih provokator seperti lima tahun lalu ketika itu kita belum sepenuhnya mengerti tentan pilihan kita itu.

Kita menyebut acara ini pesta demokrasi, pesta rakyat karena kitalah yang berdaulat kali ini. Seorang guru besar di televisi mengatakan di tangan kitalah nasib negara ini lima tahun ke depan. Ya, ini adalah suatu pesta rakyat, karena kita sukacita di dalamnya, kita gembira, kita senang menyambut hari bahagia itu. Pesta ini yang terbesar dalam sejarah di negeri kita jauh lebih meriah dan jauh lebih ramai dari hari merdeka sekalipun.

Kau dan aku tahu, begitu banyak tawaran menggiurkan yang diantarkan kepada kita sebagai tanda sukacita menyambut pesta itu, sepertinya hari-hari ini kita menjadi orang penting sejenak.  Tawaran itu banyak sekali jenisnya, apakah itu paket belanja, hiburan, perjalanan wisata, gelas suvenir dan bahkan ada yang menawarkan uang tunai beberapa lembar.

Ah tak usah kuceritakan padamu siapa-siapa mereka yang datang itu dan menawarkan berbagai barang fana sekalipun itu begitu gemerlap untuk kita-kita ini yang dianggap tak berpunya. Wajah mereka penuh senyum, sopan dan sangat ramah seakan sungguh-sungguh orang-orang berbudi dan peduli pada nasib kita yang menurut mereka belum juga beranjak dari tempat kita berdiri.

Mereka tidak sendiri, tetapi ada juga teman-teman mereka yang disiapkan dan mahir berkata-kata dan merayu hati, mereka menyebutnya Tim Sukses, ada yang muda, ada juga yang tua dan tidak sedikit dari mereka itu emak-emak yang harusnya memasak di rumah, tapi kali ini sudah turun di jalan-jalan sebagian ada tetangga di komplek dan ada juga teman-teman istri. Mereka penuh senyum dan bahagia dengan kehadiran pesta demokkrasi kali ini dan di bahunya ada selendang yang demikian indah melambai-lambai menyapa.

Kau tahu seperti biasa, aku mencoba bertahan untuk tak tergoda pada sepotong kain batik dan selembar selendang yang menurut mereka baik sekali dihadiahkan untuk istri di rumah. Kau juga tahu hatiku saat itu begitu bergelora, aku bisa bayangkan betapa bahagianya istriku menerima hadiah ini, sudah setahun ini masa-masa sulit bagi kami tak ada kain yang dapat kubawa pulang sebagai hadiah dan sekarang yang ini sungguh-sungguh menarik ada di depan mata.

Ah, seandainya saja tangan ini tak suka diatur-atur oleh hati yang tulus, tentu sudah dari tadi ia menyambar pemberian itu dan segera berlari ke rumah sekedar untuk menyaksikan wajah sukacita ibu dari anak-anaku mendapat hadiah yang tak pernah diimpikan. Tetapi sungguh tangan ini tak mau juga terulur, tak bergeming tetap diam karena ia tahu hati yang tulus itu tak juga tergoda untuk memenuhi hasrat pada kepuasan sesaat.

Kita pernah percakapkan tentang ini, aku masih ingat nasehatmu padaku malam itu.  Menurutmu sepotong kain batik dan selembar selendang itu bisa saja menggiring pikiran kita untuk memilih orang-orang tertentu karena balas budi. Itu dulu katamu padaku dan aku amini pendapatmu itu, karena aku tahu ini bukan pemberian yang tulus, bukan juga hadiah tanpa pamrih.

Aku kini sudah banyak belajar pada televisi, belajar pada debat orang-orang pintar, mereka sebut itu politik uang dan itu harus ditolak, sebab bisa mempengaruhi pilihanmu pada pemilu mendatang. Apalah arti sepotong kain batik dan selembar selendang kalau pilihanmu dikebiri dan yang kau pilih bukan seperti yang kau inginkan, itulah sebabnya aku tak tergoda pada pemberian-pemberian itu,  pada hadiah-hadiah itu seperti yang kau inginkan padaku sebagai sahabatmu.

Ah, kali ini aku mau menjadi diriku sendiri memilih yang aku suka, yang aku tahu kerjanya, yang sudah berbuat tanpa lelah sekalipun aku tahu ia yang kupilih tidak mengenal kami, tetapi tidak apa-apa sebab yang ia lakukan saat ini juga telah memberiku harapan baru untuk masa depan mungkin bukan untukku saat ini, tetapi yang kutahu pasti untuk anak-anakku kelak.

Bukankah aku dan istri telah sepakat pada pilihan kami itu? Aku tak mau berhianat, apalagi menghianati istriku untuk merubah pilihan hanya karena sepotong kain batik dan selembar selendang dan kau tahu ada dari tim sukses masih menjanjikan bonus lainnya andai aku mau merubah pilihan.

Tentang kau, aku tak bisa bicara. Kau adalah guru terbaik bagiku, mengajariku dengan sabar untuk tahu hak-hakku, tak perlu duduk bangku sekolah untuk melek soal-soal politik. Bermodalkan secangkir kopi dan potongan pisang goreng aku berguru padamu tentang negara, tentang agama, tentang ragam sosial dan yang aku kagumi tentang NKRI dan kebhinekaan.

NKRI katamu harga mati, aku tahu kini apa arti harga mati itu. Jika tidak, aku bisa bayangkan negeri seindah kolam susu ini bakal tercabik-cabik dan terkoyak-koyak di tangan dan pikiran kaum radikal. Keindahan NUSANTARA bisa saja jadi kenangan kelak jika kita biarkan NKRI tergadaikan untuk kepentingan sekelompok orang yang selalu berteriak-teriak seakan-akan mereka yang terbaik saat ini.

Dulu kau katakan Indonesiaku, Indonesiamu,  Indonesia kita harus dijaga oleh kita sendiri dan jangan mengharap pada tokoh yang hanya pintar berorasi. Dan aku dan kau menurutmu adalah benteng terakhirnya dan bukan hanya kita saja, ratusan juta kaum Nasionalis, Barisan Serbaguna, kaum pencinta TOLERANSI dan KEBHINEKAAN ada berbaris bersama kita ikut menjaga NKRI.

Jangan pernah undur katamu padaku, ayunkan langkah kawal NKRI kita dan itulah yang aku lakukan sekalipun sepotong kain batik dan selembar selendang benar-benar sangat menggoda bathin dan kau tahu cerita akhirnya aku mengalahkan diriku sendiri untuk NKRI yang kini telah jadi milikku

Soal mereka, tak perlu lagi kita percakapkan. Sebenarnya aku sangat marah, kesal, benci pada sikap dan cara-cara mereka berbicara, cara-cara mereka memutar balikkan fakta. Ingin rasanya menabrakkan hatiku pada hati mereka agar sadar pada sikap kebencian yang dibangun tidak menguntungkan NKRI yang sama-sama kita miliki.  Atau jangan-jangan karena mereka tidak menarik lagi pada indahnya NUSANTARA, lalu mau menamainya dengan kata lain dengan makna yang lain? Semoga saja tidak demikian.

Beberapa waktu yang lalu terusik juga hati ini mendengar untaian sajak yang dibacakan tokoh kata orang, ada Doa Yang Ditukar, entahlah jalan pikiran orang-orang ini bagaimana mungkin doa bisa ditukar. Bahkan ada lagi kejadian lain ungkapan doa menurut banyak orang telah berani mengancam Tuhan, terlalu, sungguh terlalu, seorang perempuan dengan lantang dan beraninya mengancam Tuhan. Tak pernah terpikirkan hal ini terjadi bahkan sejak aku lahir sampai saat ini tak ada doa yang demikian pernah kudengar.

Mereka, jangalah dibenci. Itu katamu padaku ketika aku marah pada sikap mereka yang memonopoli jalan ke surga hanya dengan lima juta rupiah saja untuk di sumbangkan pada pilpres dan kapling surga sudah didapatkan. Menyesatkan, kataku dan kau hanya diam. Menurutmu mereka itu juga saudara kita sesama anak bangsa berilah ruang perbedaan, tetap kawal NKRI agar tak tercabik. Ah, kau ini menurutku seperti pemimpin kita yang tak pernah sakit hati sekalipun fitnah terus saja bergema. Aku juga kini belajar menerima perbedaan, keberagaman, kebinekaan, tetapi soal NKRI itu harga mati bagiku.

Pilpres dan Pileg tadinya begitu menakutkan bagiku, tetapi kini setelah kita habis dan tandaskan isi cangkir kopi hitam kita masing-masing dan piring pisang goreng ludes isinya tak tersisa dan jam malam telah sampai pada tengahnya, kitapun bersalaman dan setuju Pilpres dan Pileg pasti berjalan damai dan aman. Kita dapat pergi ke TPS dan menjatuhkan pilihan kita masing-masing.

Aku sempat bertanya siapa pilihanmu nantinya di kotak suara, tetapi kau menjawab: itu rahasia hati sambil tersenyum dan menghilang dikegelapan malam. Tapi aku nyakin pilihanmu tak beda dengan pilihanku, pilihan seluruh rakyat Indonesia yang cinta damai.

Aku tersenyum dan berbalik masuk kembali dalam rumah, istriku sudah menunggu dari tadi dan sedikit cemas, takut-takut ada yang berubah dan ia dengan tak sabar langsung bertanya padaku dengan suara bergetar “pa, apakah pilihan kita sudah tepat ?” Sejenak aku tertegun, perempuan ini, istri setia ini sepertinya takut-takut jika pilihannya nantinya berubah. Tentu ia melihat perdebatan kami yang serius dengan sahabatku itu sepanjang malam apalagi kami sering menyebutkan nama tokoh yang kami jagokan.

Aku mencium keningnya dan menjawab tanyanya “benar dan tepat mam, pilihan kita sudah tepat, Jokowi satu periode lagi.”

Malam itu aku telah menjadi imam yang sempurna membawa keluargaku pada pilihan yang tepat sekalipun kegerahan menemani kami dalam kamar sederhana. Dan kau tahu, istriku begitu bahagia sekalipun tak jadi menerima sepotong kain batik dan selembar selendang warna-warni. Kami berhasil melewati malam dengan sukacita dalam damai dan tetap tersenyum, menuju pesta demokrasi. Lalu bagaimana dengan anda?

(*Ega Mawardin adalah pemerhati sosial dan Sekjen Majelis Umat Kristen Indonesia)

Penulis/editor: [MZ]

Next Post

Pembekalan DPD MUKI Minahasa Tenggara

Gema Kehidupan

Pemilu dan Kemenangan Rakyat

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Surat kepada Presiden RI: MUKI Minta Presiden Menindak Tegas Oknum Persekusi Penutupan Gereja di Jabar dan Daerah lainnya

    742 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Seruan Bersama Asosiasi Pendeta Indonesia (API), Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI), Pusat Studi Papua Universitas Kristen Indonesia, dan Vox Point Indonesia

    566 shares
    Share 226 Tweet 142
  • Pelantikan DPW MUKI Provinsi Kepulauan Riau Periode 2020-2025

    612 shares
    Share 245 Tweet 153
  • KETUM MUKI: Menjaga Pilkada adalah Kewajiban Seluruh Anggota MUKI

    524 shares
    Share 210 Tweet 131
  • 100 Tahun Dr. TB Simatupang: Sebuah Renungan “TUHAN SUNGGUH SAYANG SAMA PAK SIM”

    709 shares
    Share 284 Tweet 177

DARI EDITOR

Menangkap Kerisauan Umat

March 8, 2019

Aku, Kau, Mereka dan PILPRES

January 2, 2021

Kerja MUKI di 2019

January 21, 2019

PILIHAN

Kegiatan DPP MUKI 18 Agustus 2020. Kunjungan DPP MUKI diwakili Tim Kesekjenan terdiri dari Sekjen Ega Mawardi, Wasekjen 2 Joice Ester Raranta, Wasekjen 3 Fatmawati Manao kepada Dirjen Bimas Kristen Bapak Prof. Dr. Thomas Pentury dan diterima dengan sukacita dan berbincang beberapa hal diantaranya MUKI menyampaikan ucapan terima kasih dari DPP MUKI atas kehadiran Dirjen sebagai narasumber pada webinar seri 2 yang berlangsung tanggal 10 Agustus 2020 dan pembangunan Cristian Center.

Kunjungan DPP MUKI ke Dirjen Bimas Kristen

August 27, 2020
TIM DPP MUKI hari ini bergerak menyalurkan Bantuan MUKI " Peduli Covid-19’’ dipimpin langsung oleh Pdt Joice Ester Raranta, M.Th selaku WASEKJEN DPP MUKI, didampingi oleh Osmar Manik, SH Ketua Departemen Advokasi & Hukum, FaransIna Ndolu, M.Pdk Wakil Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga DPP MUKI, didampingi juga oleh Ronald Patrick wartawan Majalah Gaharu / PEWARNA.

MUKI ” Peduli Covid-19 untuk Masyarakat Cakung Jakarta Timur

April 21, 2020
Bantuan Masker kepada STT-Paulus Jakarta

MUKI “Peduli Covid-19” Berbagi Masker di STT Paulus Jakarta

April 21, 2020

MUKI Serukan Keadilan Bagi Aktivis HAM Sudarto yang Membela Hak Beribadah Umat Kristen

January 13, 2020

Sambutan DPP MUKI pada Webinar IKIM Topik “Peran Ormas Adat terhadap Keberadaan Umat Kristen”

August 22, 2020
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
  • Kontak
CALL CENTER: (021) 2123 2812

© 2021 Solusi Website

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak

© 2021 Solusi Website