MUKI | Majelis Umat Kristen Indonesia
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak
No Result
View All Result
MUKI | Majelis Umat Kristen Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel

Slogan

by Editorial MUKI
September 13, 2019
in Artikel
1
Share on FacebookShare on Twitter

Sekarang ini sering kita dengar dan banyak beredar kata-kata pembangun semangat dalam kebersamaan sebut saja kalimat: aku adalah papua, papua adalah aku. Slogan ini muncul di tengah adanya rusuh di tanah mutiara hitam dari timur sebagai bentuk dukungan kebersamaan kita untuk saudara-saudara kita masyarakat Papua dalam bingkai NKRI.

Slogan tinggalah slogan yang terdengar hanya keras jika dikumandangkan, tak bermakna jika tidak diikuti dengan tindakan nyata untuk bergandengan tangan melawan rusuh, melawan rasis, melawan hoax. Slogan tak bernilai jika ia tidak diaktualisasi dalam perbuatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Slogan hanya sekedar penutup kemunafikan agar dibilang atau dipandang peduli pada kejadian yang baru terjadi.

Seorang teman bertanya: apakah itu arti slogan? Sejenak aku tertegun dalam tanya, jangan-jangan kita hanya tahu berslogan tanpa pernah tahu artinya. Dalam keterbatasan aku membalik-balik beberapa kamus dan kini tahu sesungguhnya artinya: slogan menurut para budayawan adalah motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan yang mudah diingat.

Ah, dalam mengartikan kata slogan ada dua kata penting yaitu “mudah diingat” dan kita tahu juga kebanyakan dari kita sering dan bahkan mudah lupa, kita sering lupa pada sejarah, lupa pada budaya dan pada akhir-akhir ini kita lupa pada peradaban budaya leluhur, lupa pada peradaban gotong royong, dikalahkan oleh sikap individualisme, dikalahkan oleh fanatisme keagamaan yang sempit. sehingga dengan gampangnya kita terjebak pada sikap rasis, sikap fasis dan sikap intoleran. Akibatnya kita sering berkelahi, saling cakar dan akhirnya rusuhlah Papua seperti yang terjadi beberapa waktu ini. Bersyukurlah kita, Papua menjadi tentram kembali.

Mari, kita belajar kembali membaca sejarah, belajar kembali mengingat dan jangan gampang lupa pada peradaban budaya leluhur, peradaban gotong royong. Indonesia bukan negara slogan, apalagi negara khayalan, lebih-lebih bukan negara agama, karena itu jaga dan pelihara slogan bhinneka tunggal ika: berbeda-beda tetapi tetap satu.

Slogan bukan sekedar kata minus makna. Sloga adalah tekad yang terus diperjuangkan. Singkirkan debu rasis, kibaskan debu fasis, jangan percaya pada pemimpin agama yang senang bicara politik dan pelihara peradaban budaya leluhur dan niscaya percayalah, kita akan tetap utuh dalam NKRI

Ega Mawardin ll Sekjen MUKI

Next Post

Perubahan UU KPK Memang Dibutuhkan

Diskusi Politik Vox Point Indonesia "Memilah Gerakan Radikal dan Oposisi"

Diskusi Publik ''Menimbang Komposisi Kabinet Indonesia Maju: sudahkah idial?''

Comments 1

  1. arthur says:
    3 years ago

    Singkirkan debu rasis, debu fasis dan jangan percaya pemimpin agama yg bicara politik… semua orang tahu hal tsb, juga slogan bhineka tunggal ika, bukankah negara yg menjaga nkri? negara jadi penonton kenapa membiarkan intoleran dan juga kelompok kristen tidak punya pemimpin seperti nabi Musa, para pemimpin/pembicara kristen ,,takut berkata benar alias mengambang,, ada yg bertanya terhadap intoleran yg terjadi saat ini dijawab dengan jawaban … memang berkurang intolerannya sekarang ini, itu namanya rethorika jawabannya adalah apakah perlu mempertahankan nkri, karena yg harus menjaga adalah aparat negara, ini yg tidak dilakukan… pertanyaan utk yg mewakili kristen atau non muslim… beranikah menanyakannya hal intoleran ini ke pemerintah?

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Surat Terbuka Kepada Presiden Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo

    928 shares
    Share 371 Tweet 232
  • Surat kepada Presiden RI: MUKI Minta Presiden Menindak Tegas Oknum Persekusi Penutupan Gereja di Jabar dan Daerah lainnya

    779 shares
    Share 312 Tweet 195
  • 100 Tahun Dr. TB Simatupang: Sebuah Renungan “TUHAN SUNGGUH SAYANG SAMA PAK SIM”

    854 shares
    Share 342 Tweet 214
  • MUKI TV Hadir Menjawab Tantangan Zaman

    609 shares
    Share 244 Tweet 152
  • Mengenal (Sepintas) Umat Kristen dan Gereja Protestan di Indonesia

    770 shares
    Share 308 Tweet 193

DARI EDITOR

Menangkap Kerisauan Umat

March 8, 2019

Aku, Kau, Mereka dan PILPRES

January 2, 2021

Kerja MUKI di 2019

January 21, 2019

PILIHAN

Pertemuan DPP MUKI dengan Pimpinan DPW & DPD MUKI KALTIM yang berlangsung di Balikpapan tanggal 12 & 14 September 2020. Kunjungan Wasekjen Ibu Joice Raranta mewakili DPP MUKI dan bertatap muka dengan pimpinan MUKI Kaltim, semoga berbuahkan kemajuan MUKI khususnya di Kaltim. #mukidamaimukijaya

Pertemuan DPP MUKI dengan Pimpinan DPW & DPD MUKI Kaltim

September 21, 2020

Sambutan DPP MUKI pada Webinar Sinergi Ormas Kristen, Gereja dan Pemerintah

August 12, 2020
Talkshow Sekjen DPP MUKI Pdt. Ega Mawardin, M. Th, Wasekjen  DPP MUKI Pdt.  Joice Ester Raranta, M. Th di Radio Amigos bersama dengan Pdt.  Hery Christian, M. Th sebagai owner radio Amigos dan pengurus DPW MUKI Tomohon Sulut.

Talkshow DPP MUKI di Radio Amigos

February 25, 2019

Gotongroyong Membangun Bangsa: Sumbangan Pemikiran Untuk Seminar dan Lokakarya Agama-Agama Ke-35 Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI)

July 24, 2019

Gema Kehidupan

March 4, 2019
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
  • Kontak
CALL CENTER: (021) 2123 2812

© 2021 Solusi Website

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Profil
  • Gallery
  • Event
  • Blog
    • Artikel
    • Editorial
    • Sketsa
  • Kontak

© 2021 Solusi Website