Suatu hari terjadi perdebatan antara seorang profesor ahli fisika dengan seorang anak SD tentang pembuatan layang-layang. Sang profesor mengatakan ke si kecil, jika kamu ingin memastikan layang-layang kamu terbang, maka kamu harus mengetahui arah mata angin, kecepatan udaranya, lingkungan sekitar yang akan membentuk arah angin.
Kemudian dari sisi layang-layangnya, pastikan komposisi bahannya memenuhi standar aerodinamis. Ukur dengan teliti panjang dan peletakan masing-masing rangka dan pastikan bahwa benang dan lem yang digunakan harus seimbang antara kiri dan kanan.
Apa tanggapan si anak?”Pusing om Profesor! Perasaan gak sesukar itu membuat layang-layang deh!’’. Kemudian si anak kembali bertanya,”udah pernah buat layang-layang belum sih?’. Profesor bilang,’’Belum, tapi dengan teori yang saya gunakan , pasti bisa terbang!’’. Si anak nyeletuk,’’Yakin sih om, tapi kapan?’’.
Akhirnya mereka putuskan untuk mengadakan perlombaan dan menerbangkan layang-layang bertempat di lapangan bola. Di hari H, profesor membawa semua perlatan yang berhubungan dengan aero modeling. Dia sibuk melakukan pengukuran arah angin, kecepatannya serta mengukur semua faktor yang membuat layang-layang bisa terbang.
Sementara profesor sibuk mengukur, si anak mulai mengupas bambu, memotong jadi dua bagian, yang satu lebih pendek, menimbang dengan benang, dan merangkainya. 10 menit kemudian, layang-layang si anak sudah siap, sementara profesor masih menghitung dengan komputer untuk mendapatkan ukuran bahan layang-layang yang sesuai.
‘’Saya sudah siap!’’ teriak si anak. ‘’Coba dulu, belum tentu bia terbang!’’ kata profesor. Dipegangnya ujung bawah layang-layang untuk mempengaruhi arah angin. Setelah itu di ikat dengan benang, ditariknya benang tersebut sambil berlari, sambil mengulur benang ditangannya. Woosh, layangannya naik dengan cepat, tapi mendadak menukik ke kanan dan jatuh.
Profesor ketawa melihat kondisi itu, sambil meneruskan hitungannya dia berkata,’’ terbang sih terbang , tapi langsung jatuh’. Si kecil bilang,’’Tenang dulu, ini masih uji coba’’. Kemudian si kecil menghampiri layang-layangnya dan menempelkan di dadanya, sambil menekuk bagian luar dan sedikit membengkokkan sisi kiri bambo. Kurang dari satu menit, dia kembali mencoba menerbangkan layang-layangnya dan..berhasil! Apa yang dilakukan profesor? Masih menghitung dan menghitung!.
Sekali lagi kenapa kebanyakan orang tidak bisa menjadi pengusaha? Karena kurang praktek, kebanyakan teori! Jika anda membaca biografi pengusaha-pengusaha sukses, anda akan menemukan bahwa mereka semua berorientasi praktek.
"Jangan takut membuat kesalahan, karena dari situ kita belajar. Bisnis terlalu rumit untuk dipelajari secara teori, tapi cukup simple untuk dipraktekkan. Praktek, kemudian review dan adjust, seperti membuat layang-layang. Jadi jika mau jadi pengusaha, belajarlah dari pembuat layang-layang."
Penulis: [Djasarmen Purba]