Tulisan 4 (empat) dari 4 (empat) tulisan
Melayani Tuhan di Indonesia.
Reformasi mencetuskan pemikiran kreatif ke dalam sejarah, dan berakibat besar dalam pembaruan dunia. Para reformator berpendapat bahwa panggilan sesungguhnya bagi orang Kristen adalah melayani Tuhan di dunia ini. Pelayanan Kristen adalah di kota, pasar dan dewan di dunia sekular, bukan isolasi di dalam biara. Pemikiran ini adalah jawaban terhadap kehidupan kekristenan di Abad Pertengahan, yang dicirikan memiliki sikap antisekular. Menganggap penghargaan terhadap kehidupan sekular sebagai kebodohan spiritual, dan sikap ini berakibat selama Abad Pertengahan biara semakin menjauh dari masyarakat luas. Kaum biarawan menyatakan “kita adalah peziarah di dunia ini dalam perjalanan menuju sorga”. Biarawan harus mencari kesunyian, bukan hanya dari dunia, tetapi juga dari manusia lain. Kudus di dunia ini, dan keselamatan di dunia yang akan datang. Pemikiran seperti ini ditolak oleh para reformator, dan bersamaan dengan Reformasi, pusat-pusat perkembangan pemikiran Kristen secara bertahap bergeser dari biara ke tempat-tempat umum. Kota-kota besar di Eropa menjadi tempat kelahiran pemikiran baru Kristen. Pergeseran ini terlihat dalam perubahan politis, sosial, ekonomis dan gerejawi, di pusat kebudayaan Barat modern. Orang Kristen diharapkan memperlihatkan penghargaan, keprihatinan dan komitmen pada dunia ini, sebagai bentuk kesetiaan dan cinta kasih kepada Allah. Dalam menghormati alam semesta sebagai ciptaan Allah, seseorang sedang menyembah Allah, bukan menyembah alam semesta. Orang Kristen dipanggil bekerja di dunia untuk menyelamatkan dunia. Komitmen pada dunia adalah aspek vital dari pelaksanaan ajaran Kristen tentang penyelamatan. Suatu ide yang diterima luas dalam Reformasi adalah bahwa orang Kristen
dipanggil untuk melayani Tuhan di dunia. Ide ini dihubungkan dengan ajaran tentang Imamat Am Orang Percaya, memberi motivasi bagi banyak orang untuk mengabdikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang Kristen adalah imam dan tugas panggilannya meluas sampai ke kehidupan dunia sehari-hari.
Belajar dari pemikiran Reformasi ini, kita juga dipanggil untuk melayani Tuhan di Indonesia. Semua orang percaya dipanggil untuk menjadi imam di tempatnya masing- masing, dan oleh karena itu harus mau dan mampu melayani masyarakat dengan baik, sebagai bagian dari pelayanannya kepada Tuhan. Masyarakat Kristen sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus mampu bergotongroyong dengan berbagai kelompok masyarakat lainnya, mulai dngan identifikasi barbagai tantangan bangsa, dan kemudian dilanjutkan dengan menjawab tantangan tersebut besama-sama untuk kebaikan bersama seluruh rakyat Indonesia. Kita bergotongroyong mengurangi penderitaan sebagian dari masyarakat Indonesia yang sampai sekarang ini masih ditelantarkan, seperti penderitaan yang dialami oleh saudara kita kaum Penghayat Kepercayaan. Kita juga harus kerja keras menghapus kebencian dan permusuhan di antara sesama anak bangsa, yang sekarang sedang merajalela di Indonesia. Tuhan berdaulat atas segala ciptaan-Nya; Tuhan mengasihi semua ciptaan-Nya itu, yang baik maupun yang jahat.Jalankan dialog yang tulus dan damai dengan semua pihak, tanpa membedakan suku, ras, profesi, status, agama ataupun kepercayaan; dialog yang bertolak dari pengakuan persaudaraan kebangsaan Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bersama seluruh rakyat Indonesia.
Demikianlah sumbangan pemikiran kami, Majelkis Umat Kristen Indonesia (MUKI) untuk Seminar dan Lokakarya Agama-Agama Ke-35 PGI, semoga bermanfaat. Tuhan memberkati kita semua, Tuhan memberkati Indonesia.
Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) adalah organisasi kemasyarakatan umat Kristen. Didirikan oleh individu-individu yang beragama Kristen dari berbagai latar belakang gereja dan profesi. Dibentuk dengan maksud mewujudkan jalinan kemitraan, kerjasama, persekutu- an sesama umat, organisasi gereja, lembaga komunitas Kristen untuk memperjuangkan kepentingan, hak dan tanggung jawab umat Kristen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepengurusan MUKI telah dibentuk di 31 Provinsi dan di 180 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Berkantor Pusat di Gedung Kopi, Jl. RP Soeroso No.20 Cikini, Jakarta.
Sejarah MUKI, awalnya didirikan tanggal 1 Desember 2005 dengan nama MUKI DKI Jakarta, pendiriannya ditandatangani oleh 7 aras gereja tingkat DKI Jakarta. Diresmikan tanggal 19 Desember 2005 yang dihadiri utusan Dirjen Bimas Kristen Republik Indonesia dan Pembimas Kristen Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta, bertempat di Gedung Gereja Advent Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan.
MUKI didaftrakan di Badan Kesbangpol DKI Jakarta dan memperoleh Tanda Terima Pemberitahuan Keberadaan Organisasi dengan Nomor Investaris: 17/ STTPO/KA/V/2006 tanggal 31 Mei 2006.
Seiring dengan perkembangan MUKI DKI Jakarta, dirubah menjadi MUKI tingkat nasional dan dideklarasikan tanggal 14 November 2013 di Jakarta dihadiri oleh 13 perwakilan pengurus Provinsi dengan Akta No.25 Notaris Jelly Eviana, SH, MH tanggal 28 Desember 2012. Untuk menyesuaikan dengan UU No.17 Tahun 2013 tentang Ormas, dilakukan perubahan dengan Akta No.5 Notaris Jelly Eviana, SH, MH tanggal 17 April 2015.
MUKI mendapat pengesahan dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
No.AHU.-0000657.AH.01.07 tahun 2015
tanggal 6 Mei 2015. Melaporkan kebera- daan organisasi MUKI kepada Menteri
Dalam Negeri dan
mendapatkan surat tanggapan dari Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia No.220/4420/POLPUM Tahun 2016 tanggal
31 Desember 2015. MUKI menyelenggarakan Rapat Umum Nasional pertama
pada tanggal 20-23 Juli 2016 dan pengesahannya dengan Akta No.14 Tanggal
28 Nopember 2016 Notaris Jelly Eviana,
SH, MH.
Salam dari Dewan Pimpinan Pusat Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Djasarmen Purba, SH., Ketua Umum, Pdt. Drs. Mawardin Zega, MTh., Sekretaris Jenderal
Penulis: [DPP MUKI]