Masyarakat gotongroyong.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat gotongroyong; dan gotongroyong adalah kerjasama sukarela dalam semangat persaudaraan, kesetaraan, bantu membantu dan tolong menolong untuk kebaikan bersama. Setiap individu menyadari bahwa banyak pekerjaan yang terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Berburu hewan besar dan menangkap ikan di laut terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Menebang hutan untuk membuka lahan pertanian, membangun rumah dan pembuatan alat besar serperti perahu dan lesung batu terlalu berat dikerjakan sendiri. Gotongroyong menjadi jawaban terhadap beban berat itu, karena memberi kesempatan kepada masyarakat untuk kerjasama secara sukarela, dan memberi manfaat yang adil bagi semuanya. Penerapan semangat persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat akan memberikan rasa aman, karena ada jaminan dalam keadaan sulit akan ada warga masyarakat yang datang membantu. Persaudaran bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tetapi hasil dari perjalanan hidup bersama yang panjang. Persaudaraan harus terus dipupuk dengan selalu mengedepankan kepentingan bersama. Dibagian akhir pidato 1 Juni 1945 dalam Sidang BPUPKI, Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia haruslah Negara gotongroyong. Gotongroyong adalah membanting tulang bersama, memeras keringat bersama, dan perjuangan bantu membantu. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua.
Berbagai peradaban regional.
Sejarah umat manusia adalah sejarah peradaban, dan berbagai masyarakat manusia hidup bersama dengan peradabannya. Selama manusia masih ada sejarah tidak akan pernah berakhir, dan peradaban manusia tidak akan pernah menjadi satu. Berbagai peradaban muncul, berkembang, kemudian merosot, dan selanjutnya runtuh, dan pada waktu yang sama peradaban lain muncul dan berkembang. Bumi terus berputar mengelilingi matahari dan sejarah tetap bergerak. Peradaban manusia selalu ada, diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan kalau suatu peradaban kelelahan, posisinya akan digantikan oleh peradaban lain. Peradaban datang dan pergi, peradaban yang merosot dan runtuh digantikan oleh peradaban yang lebih sesuai dengan kebutuhan manusia. Peradaban adalah jawaban suatu masyarakat terhadap tantangan yang dihadapinya, jawaban yang setimpal dan berlangsung lama, berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam menjawab tantangan yang terus berdatangan, masyarakat tersebut membuat dan menggunakan berbagai macam alat, yang dari waktu ke waktu semakin maju. Peralatan tersebut berupa nilai, lembaga, kebiasaan, kepercayaan, bahasa, tulisan, dan berbagai peralatan lainnya. Umumnya, suatu peradaban menempati wilayah yang luas, melintasi batas-batas negara. Peradaban adalah proses dan hasil kerja keras manusia kreatif, dalam pemikiran, tindakan dan gerakan bersama, di suatu wilayah tertentu, dan dalam waktu yang cukup lama.
Berbagai peradaban regional muncul di wilayah yang berbeda, dimulai oleh Peradaban Sumeria di lembah Mesopotamia. Dilihat dari waktu munculnya berbagai peradaban regional dapat disederhanakan sebagai berikut. Kalau dapat diterima peradaban di Mesopotamia muncul sekitar 3500 SM; selanjutnya diperkirakan peradaban di Mesir muncul sekitar 3000 SM; peradaban di lembah Indus muncul sekitar 2500 SM; peradaban di lembah Sungai Kuning di Cina muncul sekitar 1500 SM; dan di Mesoamerika dan Peru muncul sekitar 500 SM. Di antara peradaban di atas ada yang telah runtuh ditelan waktu, tetapi ada juga yang masih bertahan, dan tentu ada juga peradaban yang baru muncul kemudian. Huntington mengajukan daftar peradaban besar seperti ini: Peradaban Tionghoa; Peradaban Jepang; Peradaban Hindu; Peradaban Islam; Peradaban Ortodoks; Peradaban Barat; Peradaban Amerika Latin; dan barangkali Peradaban Afrika. Selain peradaban yang ditampilkan oleh Huntington, tentu masih ada peradaban lain.
Mengedepankan nilai persaudaraan.
Peradaban Gotongroyong, yang muncul di Indonesia, atau barangkali lebih luas lagi, di Asia Tenggara. Dalam buku ini Peradaban Gotongroyong ditulis sebagai suatu proses dan capaian, dimulai dengan tahap persiapan, kemudian tahap kemunculan, dan selanjutnya tahap perkembangan. Proses ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dan telah dimulai sejak masa prasejarah. Peradaban Gotongroyong telah muncul dua kali, dan yang pertama muncul sebagai Peradaban Megalitikum, yang juga terjadi di berbagai bagian lain dunia. Periode Megalitikum di Indonesia, 2500-Abad Pertama Masehi.Di Indonesia, ditemukan bangunan dan alat megalitik seperti punden berundak, menhir, dolmen, waruga, kubur batu, sarkofagus, dan lesung batu. Berbagai bangunan dan peralatan megalitik menjadi bukti kemajuan manusia, yang memperlihatkan bahwa masyarakat berkebudayaan megalitikum adalah masyarakat berperadaban.
Masyarakat Indonesia yang beraneka-ragam suku, agama, ras, bahasa daerah, adat istiadat, tetapi mempunyai cara hidup gotongroyong terintegrasi menjadi bangsa Indonesia; mendirikan dan menyelenggarakan negara Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bangsa Indonesia, sebagaimana layaknya bangsa-bangsa lain di muka bumi ini, untuk mewujudkan cita-citanya perlu dan harus mendirikan negara kebangsaan Indonesia. Dan negara kebangsaan, seharusnya adalah negara demokrasi, agar kedaulatan atas negara berada ditangan rakyat, dengan martabat dan hak warganegara sama. Revolusi Indonesia dimulai dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jakarta. Sejak itu, kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia bergerak dan berubah dengan cepat. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Peradaban Gotongroyong memasuki tahap kemunculan kedua. Masyarakat Indonesia bangun dari tidur lamanya, muncul ke permukaan sebagai bangsa merdeka yang mendirikan suatu negara berdaulat, yakni Republik Indonesia.
Peradaban Gotongroyong memasuki tahap perkembangan, ditandai dengan keberhasilan Reformasi Politik, yang dimulai dalam pemerintahan Presiden Habibie, 21 Mei 1998. Reformasi Politik adalah jawaban terhadab kegagalan sistem politik otoritarian yang berakhir dengan krisis ekonomi 1997. Komunitas kreatif, khususnya di bidang politik berhasil menggerakkan masyarakat luas untuk melihat krisis ekonomi ini sebagai akibat dari pemerintahan otoritarian, dan oleh karena itu krisis ekonomi hanya dapat di atasi oleh pemerintahan baru yang demokratis. Komunitas kreatif bangsa ini, yakni para reformator, dengan memanfaatkan krisis ekonomi 1997, berhasil menjawab tantangan bersama, yakni sistem politik otoritarian yang telah berlangsung lama, dan menggantinya dengan tatanan kenegaraan baru yang demokratis.
Komunitas kreatif pendukung Peradaban Gotongroyong, dimulai dengan kaum pergerakan nasional, berlanjut ke pejuang kemerdekaan, kemudian diteruskan oleh kaum reformator, dan telah memperlihatkan capaian besar di bidang politik. Pertama, mengubah masyarakat Indonesia menjadi bangsa Indonesia; kedua, mendirikan negara Republik Indonesia; ketiga, mengubah sistem politik otoritarian menjadi sistem politik demokrasi. Peradaban Barat mengedepankan kebebasan individu; dan Peradaban Gotongroyong mengedepankan nilai persaudaraan. Peradaban Barat dibangun di atas dasar individualisme, sedangkan Peradaban Gotongroyong dibangun di atas dasar gotongroyongisme.
Penulis: [dr. Merphin Panjaitan, M.Si]