logo
Back to List
Artikel

Berselancar Hidup New Normal

thumbnail

Berselancar yaitu olahraga di atas air pakai papan selancar mengikuti arus gelombang laut. Atlet selancar tak akan tenggelam sepanjang ikut atau tidak melawan arus gelombang laut. Demikian juga kita hidup berselancar atau tidak melawan new normal. Berselancar dengan meng adaptasi arus gelombang Covid-19. Covid-19 bukan lawan kita. Kita harus bisa hidup berdamai atau hidup berdampingan dengan Covid-19.

Kondisi saat ini adalah zaman/masa yang mana hidup sangat menyulitkan. Zaman atau masa tidak bisa dirubah. Yang bisa dirubah yaitu diri kita sendiri. Untuk itu kita harus siap mengikuti gaya atau style hidup, sesuai Protokol Kesehatan.

Pertanyaan: Pantaskah kita hidup dalam new normal? Gampang-gampang sulit menjawabnya.
Kenapa sulit? Karena kita orang normal, harus hidup dalam new normal? Bingung yeah. Heheheeee......

Thema ini saya awali dengan pertanyaan canda bercampur humor. Sebab kita sebagai orang normal perlu humor. Bagi orang yang tidak bisa humor, mohon izin orang itu disebut abnormal. Lagi-lagi humor.......

Pandangan saya hidup ''New Normal'' suatu keniscayaan. Sepanjang mengikuti kata ''NEW''. Semua serba baru: (aturan baru, suasana baru, pikiran baru, semangat baru serta pola hidup baru). Hal baru tersebut muncul karena kita diharuskan ikut Protokol Kesehatan.

Selama ini semua yang baru tersebut tidak biasa kita lakukan. Karena dibiasakan akhirnya jadi normal. Karena sudah terbiasa, dan telah dijadikan budaya maka sudah sepantasnya kita hidup new normal. Jadilah new normal. (Apa itu hidup new normal saya anggap semua sudah maklum, tak perlu diulangi lagi).

New Normal, (berselancar dalam new normal) perlu kita punyai, untuk itu saya coba berbagi, mana tahu ada gunanya buat kita.

1. Perhitungan Keuangan Secara Matang & Perubahan Pola Hidup.

a. Pengeluaran uang perlu dihemat karena kita tidak tahu waktu berakhirnya pandemi Corona.
Contoh: Keluarga sederhana (suami/isteri + 2 anak). Selama masa normal, uang keluar keluarga Rp.3 juta/bulan (30 hari). Atau rata-rata Rp.100.000,-/hari. Pengeluaran Rp.3 juta harus bisa dihemat untuk waktu 40 hari. Atau rata-rata Rp.75.000,-/hari. Perlu penghematan karena pengalaman hidup kita sepanjang diam di rumah, membuat kita belajar hidup sederhana atau secukupnya.

b. Pola hidup saling tolong- menolong.
Sebagian orang di sekeliling kita tidak punya penghasilan lagi. Ada yang dirumahkan, perusahaan bangkrut, pengangguran dan lain sebagainya.
Akhirnya mereka hidup atas belas kasihan Pemerintah maupun warga. Itu sebabnya timbul sesama warga aksi hidup saling tolong-menolong. Atau muncul pola hidup/budaya asli bangsa Indonesia gotong-royong. Kondisi ekonomi seperti ini tentu punya batas waktu. Jika kondisi ekonomi belum normal masih berlanjut, Pemerintah pun bisa bangkrut? (Pemerintah sampai dengan saat ini telah mengeluarkan dana Corona mencapai Rp.800 T - hampir 1/3 dana APBN).

2. Hidup Berinovasi atau Kreatif.
Masa new normal, kita perlu banyak belajar.

a. Belajar pola hidup era online/digitalisasi.
Hidup serba digital, merupakan salah satu ciri hidup modern. Berkat kehadiran era digital, hampir segala aspek dalam kehidupan sehari-hari dapat diproses dengan mudah, cepat dan efisien. Hal ini tentu sangat membantu dan menjanjikan sehingga mampu meningkatkan performa kita dalam mengolah dan menyajikan informasi & data.

Contoh : Pengaplikasian perangkat digital seperti penggunaan sistem pemilu elektronik dengan komputer di berbagai negara di dunia. Agar tidak ketinggalan zaman, maka semua orang segala usia perlu belajar hidup digital atau setidaknya mampu buat aplikasi perangkat digital. Bahkan fungsi uang sebagai alat bayar akan berganti ke digital seperti go pay, ovo, vave dan lain-lain. Ramalan buku bacaan saya, suatu saat nanti akan terjadi alat bayar hanya menggunakan "tanda" atau chip di tangan.

b. Berinovasi & Kreasi
Masa kini dalam bercocok-tanam tak membutuhkan lahan luas. Di pekarangan rumah kita bisa bercocok-tanam.
Contoh: Tanam cabai, jahe, kunyit, bayam, kangkung, wortel, tomat, jagung dan lain-lain. Kita tinggal belajar dan beli peralatan + benih.

Disamping itu bagi mereka yang punya minat bisnis, bisa berjualan buah-buahan + sayur-sayuran. Konsumen/pembeli tentu dari kita oleh kita dan untuk kita.

Contoh: Sebuah sinode gereja (HKBP) sedang atau telah mengkordinir para petani di daerah nya. Macam-macam hasil tanaman mereka, ditawarkan kepada seluruh jemaat HKBP di seluruh Indonesia. Harga bisa lebih murah + kwalitas terjamin.

Tips tersebut saya ajukan karena ternyata ada hal positif yang bisa dipetik dalam zaman new normal.

1. Hidup sederhana jauh lebih nyaman dibandingkan hidup serba wah.
2. Menikmati hidup dalam keluarga. Punya waktu untuk bercengkerama serta mawas diri atau evaluasi diri.

Penulis: [Djasarmen Purba, SH-Ketua Umum MUKI]

profil
bayu admin
Published at 09 Jun 2020
Bagikan Artikel facebook-icon facebook-icon
Komentar 0

Artikel Lainnya

thumbnail
Pernyataan Sikap MUKI
PERNYATAAN SIKAP MAJE...
Selengkapnya 29 Nov 2020
thumbnail
Daud Saleh Ludji dan David Natun Pimpin MUKI NTT, Gubernur Tekankan Semangat Kolaborasi
Kupang (MEDIATOR)– Dewan...
Selengkapnya 26 Aug 2022
thumbnail
Tentang Kedurjanaan
Menarik jika disimak situasi...
Selengkapnya 13 Jul 2020
thumbnail
MUKI dan Pemberdayaan Anggota: Catatan dari kegiatan DPD MUKI Lumajang
Membangun organisasi bukan p...
Selengkapnya 03 Jul 2020