Siapapun orang tanpa kecuali pasti berkeinginan hidup bahagia, apapun yang dilakukan mulai pagi gelap sampai siang, sore bahkan ada yang sampai larut malam. Setiap kegiatan yang dilakukan alasannya agar kita bisa hidup bahagia.
Orang tua juga berupaya memberi contoh tauladan yang baik untuk anak-anaknya agar kelak dia bisa mandiri, dan mengajarkan agama (Karena Agama menjadi pondasi dasar yang sangat kuat) menanamkan kepercayaan pada diri anak ( yang utama tanam pada diri kita orang tua dulu, jangan harap anak baik sedangkan kita orangtua berkelakuan tidak baik), disiplin, mewajibkan sekolah bahkan masih diharuskan ikut bimbingan di luar seperti belajar dan less bahasa inggris, dll.
Semuanya hanya usaha agar mereka kelak bisa menjaga diri dan dapat merasakan hidup bahagia. Banyak orang ingin hidup bahagia dengan berbagai cara, ada yang berpikiran kalau sudah menjadi orang kaya mereka bisa membeli apa saja dan membuat mereka bahagia, sehingga sebagian besar waktunya bahkan seluruh hidupnya digunakan untuk memperbanyak mencari kekayaan padahal dengan begitu belum tentu mendapatkan kebahagiaan.
Ada lagi kalau belum menjadi pejabat, gajinya besar, mendapat fasilitas, dihormati oleh orang banyak mereka belum merasa hidup bahagia, dan akhirnya apabila tidak tercapai mereka kehilangan arah berputus asa.
Ada lagi yang berpendapat bahagia dalam hidup itu kalau bisa berguna untuk banyak orang, banyak memberi baik materi maupun non materi, dekat dengan Tuhan, semua itu adalah usaha menuju kebahagiaan.
Sebetulnya tidak harus seperti itu, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya kalau kita bersikap tidak ada apa-apa, tidak ada rasa iri, tidak ada rasa dendam, tidak ada rasa tersinggung.
Misalnya kalau ada orang lain mendapatkan keberuntungan, berhasil atau sukses dalam usahanya tidak perlu kita ada sedikitpun rasa iri, rasa tersaingi. Seandainya suatu saat kita disalahkan, dihina orang, dicaci maki tidak ada sedikitpun rasa berontak, tidak ada rasa sakit hati, tidak ada rasa dendam tetap bisa tenang, itulah pelajaran pada diri kita yang harus kita miliki.
Tetapi pada umumnya manusia belum bisa hidup bahagia karena walupun sedikit masih ada rasa iri, masih ada rasa tersinggung, masih ada rasa ingin menonjol, masih banyak keinginan (yang sebetulnya tidak perlu), sehingga hanya membuat kita tidak tenang saja.
Agar hidup tenteram kita harus bisa Sabar, Narimo, Ngalah, Tresno Welas Asih kepada apa saja dan siapa saja (semua makhluk yang hidup), iklhas, syukur atas nikmat sungguh-sungguh mengerjakan kewajiban dengan benar, itulah jalan menuju kebahagiaan yang ‘’SELAMANYA’’.
Orang yang tidak terjebak dengan masa lalu dan juga tidak terjebak dengan sesuatu yang belum terjadi itulah kebebasan, artinya hanya masa ini atau masa kini harus dapat kita kontrol.
Masa lalu yang telah terjadi itu tidak perlu di sesali. Jadikan lampu merah saja buat peringatan jangan sampai kita mengulangi. Ada juga orang tersakiti oleh masa lalu dan masa yang belum terjadi sehingga hanya was-was, kemudian rasa takutlah yang muncul. Mau begini takut begitu juga takut, atau mau ini atau mau ini. Serba salah kesimpulannya, karena kita hidup di masa kini marilah bersama-sama menikmati hidup kita jalani saat ini dan mampersipakan buat yang abadi nanti dengan jalan belajar mengontrol masa saat kita hidup di dunia ini dan jangan biarkan angan-angan, perasaaan selalu menggoda, dan menguasai diri kita.
Ihklas meninggalkan masa lalu, mulai hidup dengan senyum bahagia adalah dengan menciptakan ketenangan, ketentraman mulai dari diri kita sendiri. Dengan demikian yang ada disekitar kita akan merasakan juga imbasnya dan pasti mereka akan nyaman bersama kita.
Hidup akan bahagia kalau kita tidak terjebak dengan masa lalu, harus ihklas meninggalkan masa lalu baik yang enak maupun yang tidak enak, yang baik maupun buruk. Ibarat mengendarai mobil atau motor masa lalu jadikan sepion saja, sekali-kali dilirik untuk meyakinkan bahwa kita pada kondisi aman terhadap kendaraan yang lain disekitar kita dan melakukan sesuatu bila diperlukan seperti menambah atau mengurangi kecepatan, memberi kesempatan kepada yang akan mendahului. Kalau kita melihat sepion terus menerus pasti akan menabrak sesuatu di depannya.
Demikian pula kalau kita selalu mengingat dan menjadikan masa lalu sebagai hal yang angat penting apalagi sebagai standar atau patokan, sebagai kejadian yang menakutkan pasti kita akan menderita karena bisa jadi sudah tidak relefan lagi. Hidup akan bahagia kalau tidak terjebak atau ketakutan dengan sesuatu yang belum terjadi, memandang masa depan dengan optimis dan berpikiran positif, harus sabar menerima apa adanya dan berupapa semaksimal mungkin dan berserah kepada Tuhan.
Dalam segala hal buatlah perencanaan yang baik, kerjakan dengan baik dan optimal, apapun hasilnya disyukuri. Bersyukurlah kepada Tuhan dan juga ihklas mengerjakan, maka Tuhan akan memberkati.
Penulis: [Djasarmen Purba – Ketum MUKI]