Seorang lelaki berumur 92 Tahun, punya selera tinggi, percaya diri, dan bangga dengan dirinya. Dia selalu berpakaian rapi setiap hari. Pakaian dan rambutnya selalu tertata rapi. Meskipun buta, rasa percaya dirinya tidak pernah memudar. Dalam usianya yang senja, hari ini dia masuk ke panti jompo. Suka atau tidak, setelah istrinya yang berusia 70 tahun meninggal dunia, laki-laki tua itu harus melewatkan sisa usianya di panti jompo.
Dia kini berada di lobi panti itu. Setelah sabar menunggu selama beberapa jam, dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap. ‘’Seperti apa ya, kamar tersebut? Mungkin lebih baik dari kamar saya dan istri saya,’’ pikirnya dalam hati.
Ketika dia berjalan menyusuri penunjuk jalan ke elevator, pendamping yang menyebutnya di lobi, mencoba menggambarkan keadaan kamar yang akan dihuni lelaki tua renta itu. ‘’Kamarnya kecil, Pak tapi sangat nyaman. Kamar itu langsung berhadapan dengan sebuah taman kecil di belakang gedung, nyaman dan membuat bapak betah, apalagi hordennya berwarna hijau lembut,’’ demikian keterangan pendamping.
‘’Wah, jika demikian, saya menyukainya. Saya akan sangat berbahagia tinggal di kamar tersebut,’’ katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun.
‘’Baik Pak, lanjut petugas itu. ‘’Tetapi karena bapak belum melihat kamarnya, mungkin lebih baik jika Bapak menahan diri dulu untuk tidak memuji berlebihan kamar tesebut. Saya khawatir Bapak nantinya kecewa dan malah merasa tidak bahagia menempati kamar itu, ‘’Kata petugas tersebut.
‘’Hei anak muda, kebahagiaan itu sesuatu yang kita putuskan di awwal,’’ Jawab orangtua itu penuh keyakinan diri. ‘’Apakah aku menyukai kamarku atau tidak, itu tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur, tapi bagaimana aku mengatur pikiranku sendiri. Aku sudah memutuskan dari awal aku menyukai kamar tersebut, jawab orangtua itu penuh keyakinan diri.
Melihat anak muda yang mendampinginya terheran heran mendengar jawabannya, pak tua itu pun melanjutkan, katanya, ‘’Setiap pagi aku bangun pagi, aku selalu membuat sebuah keputusan. Aku punya sebuah pilihan: apakah menghabiskan waktu di tempat tidur daripada bangun dang mengeluh sakit karena ada bagian tubuhku yang tidak berfungsi lagi, atau aku turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian – bagian tubuhku yang masih berfungsi. Dan aku memilih yang kedua.
‘’Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan yang indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan. Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur tua dan usia lanjut itu ibarat simpanan-simpanan di bank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan.’’
''Nasihatku padamu, hai anak muda, simpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenanganmu. Sambutlah setiap pengalaman dalam hidupmu dengan penuh sukacita, dan bersyukurlah senantiasa, bahwa kamu telah diberi kesempatan untuk mengalami semuanya itu! Tidak sulit menjadi bahagia asal kamu ingat dan mempraktikan lima aturan sederhana ini: (1) bebaskan hatimu dari rasa benci; (2) bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran; (3) hiduplah dalam kesederhanaan; (4) perbanyaklah amal; dan (5) jangan terlalu menuntut lebih dari apa yang sepantasnya kamu terima.
Penulis: [Djasarmen Purba, SH – KETUM MUKI]