logo
Back to List
Artikel

Revolusi Indonesia Dilanjutkan

thumbnail

Revolusi Politik Sukses

Revolusi Indonesia, dimulai dengan Revolusi Politik, dan berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, berhasil mendirikan negara-bangsa Republik Indonesia; kemudian dilanjutkan dengan Reformasi Politik yang mengubah tatanan negara dari negara otoritarian menjadi negara demokrasi; dan dengan demikian telah mencapai puncak kemajuan dalam revolusi politik. Indonesia mencapai kemajuan pesat di bidang politik, tetapi masih terbelakang di berbagai bidang kehidupan lain. Indonesia terperangkap dalam keterbelakangan; antara lain keterbelakangan pola pikir dan perilaku masyarakat, yakni masyarakat emosional berorientasi status; keterbelakangan dalam bidang ilmu dan teknologi; dan keterbelakangan dalam pembuatan peralatan material. Sekarang ini, masyarakat kita lebih mengedepankan status ketimbang prestasi; pangkat dan jabatan; gelar akademik dan gelar lainnya; dan harta kekayaan. Gelar pendidikan dipajang berderet-deret, tetapi tidak disertai dengan prestasi kerja. Jabatan politik diburu, kalau perlu dengan menuang banyak uang; dan kalau sudah didapat tidak digunakan untuk melayani rakyat, tetapi digunakan untuk menumpuk kekayaan yang kemudian digunakan untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi; karena jabatan itu bukan untuk melayani publik, tetapi untuk meningkatkan statusnya.

 Status sosial adalah segala-galanya; prestasi kerja tak punya makna; emosi dipupuk dan rasio dikubur; dan dalam interaksi dengan warga masyarakat yang berbeda, terutama yang berbeda agama, kebencian dan permusuhan dikobarkan; dan bersamaan dengan itu persaudaraan kebangsaaan Indonesia dilupakan. Pola pikir dan perilaku ini membuat kita sulit maju dan sering kalah dalam persaingan global. Kita sering konflik dengan sesama warga bangsa, dan tidak punya cukup waktu dan tenaga untuk memperkuat daya saing nasional; dan sering lupa dengan kehormatan bangsa. Masyarakat Indonesia harus berubah dari masyarakat emosional berorientasi status menjadi masyarakat rasional berorientasi prestasi, agar cita-cita nasional menjadi bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dapat terwujud; perjuangan masih berat, tetapi harus dilanjutkan, karena kita tidak punya pilihan lain.  Keterbelakangan ini harus dijawab.

Revolusi Kesadaran Kedua

Revolusi Kesadaran Kedua terjadi sejak puluhan tahun lalu melengkapi Revolusi Kesadaran Pertama;  manusia mulai menyadari bahwa walaupun manusia berbeda dari hewan dan tumbuhan, manusia adalah bagian integral dari ciptaan ini; kehidupan manusia sangat tergantung pada kelestarian hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya; manusia hidup membutuhkan makanan, air dan udara. Kemajuan manusia yang sangat pesat sejak Revolusi Industri telah merusak lingkungan hidupnya sendiri; manusia mulai menyadari bahwa mereka harus belajar hidup damai dengan sesama ciptaan lainnya; manusia mulai menyadari bahwa kekeliruan penerapan ilmu dan teknologi  bukan membawa kemajuan, tetapi justru mengancam keberadaan bumi dan manusia.  Revolusi Kesadaran Kedua mengingatkan manusia akan kodratnya sebagai ciptaan, yang walaupun mampu menjadi pintar dengan teknologi canggih, manusia tetap saja bagian dari ciptaan, yang untuk bertahan hidup membutuhkan kehadiran ciptaan lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri, baik 2 juta tahun yang lalu, kini, ataupun 2 juta tahun mendatang. “Seleksi Alam” yang kemudian berubah menjadi “Seleksi Manusia” harus diubah menjadi “Kehidupan Bersama Segala Ciptaan”. Tampaknya, sekarang ini kita membutuhkan suatu teologi baru, yaitu teologi “Persaudaraan Segala Ciptaan”; dan di atas teologi ini dibangan “Kehidupan Bwersama Segala Ciptaan”.

Tiga Revolusi dijalankan serempak

Revolusi Ilmiah, Revolusi Industri dan Revolusi Kesadaran Kedua dijalankan serentak dan terintegrasi. Pengembangan ilmu dan teknologi serta penerapannya di segala bidang kehidupan dilaksanakan dalam kerangka  keutuhan bumi, hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya. Masyarakat manusia yang terhimpun dalam ratusan negara di dunia harus menyadari bahwa kehadirannya di bumi ini bukan sekedar untuk kesenangannya sendiri, tetapi untuk menatalayani segala ciptaan. Dan untuk itu manusia harus siap kerjasama; gotongroyong memelihara bumi dengan segala penghuninya, manusia, hewan, tumbuhan, tanah, udara, air, sungai, danau, laut dan ciptaan lainnya.  Revolusi ini akan menghadapi banyak tantangan dan hambatan; dan hambatan terbesar justru akan datang dari masyarakat Indonesia, khususnya warga masyarakat yang sedang menikmati banyak kemudahan, kekayaan, dan atau kekuasaan. Bagi mereka, revolusi ini akan mengganggu kesenangan mereka, suatu risiko yang selalu mereka hindari. Tetapi bagi bangsa dan negara Indonesia, kondisi seperti sekarang ini, cepat atau lambat akan menghukum kita semua, hidup berjejal dan melarat; kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain; serta terjerat dalam perangkap “ketergantungan dan keterbelakangan”. Kalau kondisi masyarakat dan negara Indonesia tetap seperti ini, dengan angka pertumbuhan penduduk seperti sekarang, pada tahun 2070 jumlah penduduk Indonesia akan meningkat menjadi lebih dari setengah miliar; dan akan lebih banyak lagi penduduk Indonesia yang hidup miskin, melarat dan kelaparan. Tetapi dengan menjalankan ketiga revolusi di atas secara terintegrasi, yakni Revolusi Ilmiah, Revolusi Industri dan Revolusi Kesadaran Kedua, masyarakat dan negara Indonesia akan bergerak maju lebih cepat; masyarakat emosional berorientasi status berubah secara bertahap menjadi masyarakat rasional berorientasi prestasi; para pemalas berubah menjadi pekerja keras yang kreatif dan menghargai waktu agar dapat berprestasi; jalanan menjadi lancar karena warga masyarakat lebih suka naik kendaraan umum dari pada menderita kemacetan dengan kendaraan pribadi; daya saing nasional di pasar global meningkat pesat dan peningkatan ini juga akan meningkatkan kehormatan bangsa; lingkungan alam lestari dan bumi terselamatkan. Walaupun usia harapan hidup masyarakat menjadi lebih panjang, tetapi angka pertumbuhan penduduk menurun, karena karir perempuan Indonesia meningkat pesat, yang mengakibatkan angka kelahiran menurun drastis. Dan tentu masih disertai dengan berbagai kemajuan lainnya, antara lain masyarakat kita yang sedang suka bermanja-manja seperti remaja tanpa cita-cita kembali menjadi bangsa pejuang seperti pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

Ukuran Keberhasilan Revolusi Lanjutan

Kemajuan revolusi ini diukur dari kemajuan pola pikir dan perilaku manusia Indonesia; kualitas dan kuantitas peralatan produksi Indonesia; dan kualitas alam di Indonesia, hewan, tumbuhan dan bumi itu sendiri. Capaian yang perlu diukur untuk menilai kemajuannya antara lain: perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat Indonesia menjadi lebih kreatif, kerja keras  dan menghormati waktu; lebih suka menatap kedepan daripada menoleh kebelakang; keserakahan manusia berkurang dan berganti dengan kecukupan; hedonisme ditinggalkan dan gerakan pelestarian lingkungan alam meningkat; kebencian dan permusuhan berkurang dan pelayanan kasih meningkat; masyarakat menilai dirinya dan orang lain dari prestasi kerjanya dan masyarakat berlomba-lomba meningkatkan prestasinya; para pejabat negara melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh dan rendah hati; produksi peralatan meningkat pesat dalam kualitas dan kuantitasnya, baik peralatan material maupun non-material; produksi barang dan jasa cukup dan selalu menjaga kelestarian lingkungan alam, distribusi barang dan jasa merata dan adil; lingkungan alam dipelihara dan bumi lestari. 

Penulis: [dr. Merphin Panjaitan, M.Si]         

profil
bayu admin
Published at 27 Feb 2020
Bagikan Artikel facebook-icon facebook-icon
Komentar 0

Artikel Lainnya

thumbnail
DPD MUKI Balikpapan Berbagi pada Sesama
Kegiatan MUKI di berbagai da...
Selengkapnya 07 Oct 2020
thumbnail
Menjawab Tulisan Menangkap Kerisauan Umat
Merespon tulisan Sekjen MUKI...
Selengkapnya 08 Mar 2019
thumbnail
Penguatan Perempuan Untuk Menurunkan Angka Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk terlal...
Selengkapnya 11 Mar 2020
thumbnail
1000 Hari Sabtu
Makin tua, aku semakin menik...
Selengkapnya 15 Feb 2019