Selama Diam Di Rumah, apa kesan dan pesan yang bisa Anda ungkap ?
Tentu hal yang lumrah jika kesan dan pesan itu, sama atau beda satu dengan yang lain.
Untuk itu izinkan aku mengungkap kesan dan pesan Diam Di Rumah dari beberapa orang melalui WAWANCARA IMAGINER.
Tentu aku lakukan ini dalam berbagai bentuk seperti tatap muka, video call atau by phone.
Aku awali wawancara dengan seorang Ketum Partai dan wajib hukumnya tatap muka. Lalu aku audensi ke kediaman nya dan bertanya :
"Pak Ketum, apakah bisa ikuti anjuran Pemerintah Diam Di Rumah ?".
Dengan sigap beliau menjawab :
"Bisa dong, karena sudah terbiasa rumah saya ini, dijadikan kantor sejak dulu".
Lanjutnya : "Rapat partai, kami lakukan dari atau di rumah masing-masing. Pakai alat canggih, gadget Android atau monitor komputer. Fasilitas via Skype, Video Call atau TalkFusion".
Tiba-tiba saya lihat wajah nya berubah lelah, dengan suara lemah kata nya : "Kami tidak bisa buat pembinaan kader partai, seminar apalagi kunker ke daerah". Ujar Pak Ketum setengah berdoa mengakhiri : "Semoga Covid-19 cepat berlalu".
Di sebuah cafe ibukota, ku jumpai seorang anak muda millenial dan profesional. Sambil meneguk secangkir kopi, tanpa basa basi tanyaku : "Broe, kita di cafe sekarang, sementara Pemerintah menganjurkan Diam Di Rumah ?"Setengah nyeletuk, ungkap nya : "Heheheee…aku profesional.
Duduk di cafe tidak melanggar, asal ikut aturan. Aku dan Broe duduk jaga jarak, jumpa tak bersalaman, pakai masker lagi".
"Cafe kan bukan rumah ?" sergap ku.
Langsung dia jawab tegas :
"Broe, di cafe ini aku tidak dalam kerumunan. Corona itu akan menular dalam kerumunan. Jauhi kerumunan, Broe".
Lalu pembicaraan dia alihkan pada topik lain.
Tiba-tiba pikiran ku melayang menjumpai seorang Ibu sedang belanja di supermarket.
"Selamat sore Ibu, borong ya ?!!"
Sambil memasukkan barang ke dalam keranjang, jawab nya :
"Ya, untuk stock selama Diam Di Rumah. Boleh khan…. !!"
Rupanya Ibu ini orang kaya, memborong barang macam-macam.
Ku lihat sebagian barang-barang yang tak perlu. Lalu aku agak sinis tanya :
"Kok borong barang segala macam Ibu, bisa pembeli lain kehabisan ?"
Dia jawab dengan ketus : "Biarin deh, urusan dapur masing-masing", sambil menuju kasir. Ternyata Ibu itu hanya memikirkan dirinya sendiri.
Kata orang, dokter dan perawat/tenaga kesehatan adalah garda terdepan menghadapi Covid-19.
Kuhampiri seorang dokter saat istirahat (masih pakai APD lengkap).
"Mohon Izin, kelihatan Dokter seperti Astronaut", canda ku mau menghilangkan rasa stress nya.
Dengan serius dia jawab :
"Apakah Anda seorang wartawan? Kebetulan. Sampaikan pada Pemerintah, pakaian Astronaut yang kamu sebut ini, kami sangat butuhkan.
Kami wajib pakai untuk menghindari penularan. Sekarang stock sangat menipis, hanya tinggal 3 hari lagi".
Dengan suara memelas, lanjut nya : "Sesuai SOP Kesehatan WHO kami tidak diperbolehkan merawat ODP, PDP dan pasien positif terpapar Covid-19 tanpa pakaian lengkap".
Lalu sang Dokter beri wejangan, sangat berkesan bagiku :
"Cukup kamu patuhi aturan, Anda adalah pahlawan".
Di sebuah desa, ku jenguk seorang petani setengah umur.
Tiba di depan rumah nya cukup sederhana telah disiapkan air pembasuh tangan ala kadar nya.
Kami duduk di serambi rumah, dia mulai pembicaraan :
"Nenek moyang kami dulu, menyiapkan bambu berisi air di depan rumah untuk cuci tangan & kaki. Kebiasaan itu kami lanjut sampai sekarang, bukan karena ada aturan".
"Bagus kali Pak, tradisi desa ini", sambut ku bangga.
Ku lanjut : "Ngomong-ngomong anjuran Diam Di Rumah, di desa ini, gimana Pak ?"
"Kami sudah periksa diri ke Puskesmas, hasilnya sehat.
Kami juga kerja ke kebun, petik sedikit cabai, sayur, jagung. Jual di pasar untuk kami makan sehari-hari.
Tidak dipetik akan busuk, kami makan apa ?"
Lalu aku menjelaskan ringkas ada bantuan Pemerintah, dampak Covid-19.
Pak petani bertanya cepat dan lugas : "Gimana urusan nya, kepada siapa ?? Kami sangat butuh bantuan itu".
Aku jadi ciut, jangan sampai salah penjelasan, pikir ku. Pemerintah harus segera tanggap membuat penjelasan peraturan dimaksud.
Untuk menjawab semua itu, hatiku berkecamuk. Apakah selayaknya ku telepon Presiden Joko Widodo ?
Ku coba telepon semoga nyambung.
Aku : "Hallo, Bapak Presiden, izinkan saya bicara Pak ?"
Presiden : "Silahkan !"
Aku : "Terimakasih Bapak, atas kesiapan peraturan & kebijakan menghadapi dampak Covid-19.
Mohon pencerahan Bapak, teknis pelaksanaan bantuan untuk masyarakat. Banyak yang belum tahu.
Presiden : "Saya telah perintahkan pejabat yang berwenang, menerbitkan segera Petunjuk Teknis/Juknis dan Petunjuk Pelaksanaan/Juklak.
Rakyat harus mendapat bantuan sepenuhnya !".
Hati ku lega. Tiba-tiba aku terbangun. Jam menunjukkan pkl. 03.15 Wib subuh.
Penulis: [Djasarmen Purba, SH-Ketum MUKI]